Zero Waste (Nol Sampah)

   Zero waste (nol sampah) adalah modifikasi penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan untuk mendefinisikan ulang limbah dalam kehidupan manusia. Dengan pemahaman bahwa limbah adalah produk samping logis dari budaya dan sistem ekonomi manusia, selama ini di atasi hanya dengan pengelolaan sampah yang linier. Hal tersebut seharusnya :
  1. Pada perancangan produk, seharusnya dirancang dan digunakan sehingga dapat digunakan kembali, diperbaiki dan didaur ulang
  2. Segala macam bentuk output samping selama produksi, pengangkutan, pemanfaatan, dan pembuangan dari produk tersebut tidak menjadi ancaman bumi, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan kesehatan.
   Nol sampah memiliki visi untuk menghilangkan sampah dari manapun yang memungkinkan dengan pendekatan sistem yang mencegah munculnya sampah sejak tempat pertama. Pendekatan nol sampah mengubah keluaran materi yang satu menjadi sumber daya bagi proses yang lain. (palo alto zero waste strategic plan, 2005). Prinsip nol sampah adalah :
  1. Peningkatan downstream, yaitu penggunaan dan daur ulang produk dan materi.
  2. Mendorong upstream yaitu merancang ulang strategi untuk mengurangi volume sampah dan racun dari sampah dan mendukung gaya hidup dengan konsumsi yang berdampak rendah.
  3. Mendukung penggunaan produk dan barang bekas untuk mempercepat dan menggerakkan ekonomi lokal dan pengembangan angkatan kerja.
   Nol sampah merancang sistem tidak ada limbah yang dibiarkan dalam siklus produksi tersebut. Nol sampah adalah sistem sosioteknik yang komprehensif yang meletakkan kegunaan sumber daya mulai dari perancangan hingga pebuangan.
Sistem ekonomi nol sampah

Komponen-komponen dalam sistem ekonomi nol sampah, adalah sebagai berikut :

  1. Perubahan kebijakan, perlu diarahkan pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Seperti insentif untuk mendaur ulang dan melarang sampah berbahaya dan tidak bermanfaat. Intinya adalah kebijakan yang mendukung untuk pemanfaatan kembali material dari pada membuangnya.
  2. Subsidi dari pajak digunakan untuk mendukung praktik-praktik yang bersahabat dengan lingkungan.
  3. Perancangan untuk lingkungan (design for the environment, DFE). Hal ini sejalan dengan menghilangkan sampah dari tempat asalnya, yaitu pada fase perancangan produk.
  4. Produksi yang bersih (clean production), yaitu metode proses produksi yang digunakan memenuhi standar perlindungan para pekerja dan lingkungan.
  5. Peran distribusi atau ritel dalam sistem nol sampah sebagai pengguna ulang kemasan dari produsen dan mendidik pengguna atau pembeli barang untuk bagaimana mendaurulangnya.
  6. Konsumen diberi akses sehingga lebih mampu membeli barang-barang yang dengan mudah digunakan kembali atau di daur ulang, baik secara informasi maupun harga.
  7. Tanggung jawab produsen diperluas (extended producer responsibility, EPR) baik meliputi hukum, keuangan dan lingkungan untuk memasukkan aliran limbah materi dalam sistem produksi manufakturnya.
  8. Investasi kota pada infrastruktur yang memberdayakan, bukan pada lahan penampungan. Sumber daya yang ada (misalnya yang digunakan untuk membangun lahan penampungan akhir (landfills).) menurut visi nol sampah diarahkan untuk fasilitas daur ulang, pengomposan, dan penggunaan kembali. Fasilitas tersebut adalah resource recovery park. Karena akan membawa pada antusisas publik, kebanggaan, dan investasi pasar.
  9. Menciptakan kesempatan kerja yang baru, karena usaha daur ulang ternyata mampu menarik pekerja 60 kali lipat dari tempat penampungan sampah (zero waste economy, 2006).
Konsep sistem nol sampah mengkritisi sitem aliran materi yang digunakan saat ini, yaitu sistem yang berupa aliran linier. Dimana proses yang demikian didukung dengan pajak yang dibaya, seakan-akan bahwa alam ini dapat menerima seluruh akibatnya. Sedangkan alam memiliki ambang batas, aliran yang linier ini seharusnya diubah.

Gambar sistem aliran materi yang linier
Demikian penjelasan materi "Zero Waste (Nol Sampah)", semoga bermanfaat.

Related Posts:

0 Response to "Zero Waste (Nol Sampah)"

Post a Comment