Penjelasan, Penyebab, Penggolongan dan Dampak Gempa Bumi (Seisme)

Gempa bumi (seisme) adalah getaran atau goyangan yang terjadi akibat tumpukan energi yang dapat menggetarkan lempeng benua dan lempeng samudera. Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi tersebut akan mampu menggoyang atau menggertakkan lempeng benua dan lempeng samudera di sekitarnya. Bayangan atau getaran ini disebut gempa bumi. Gejala ini disebut seisme. Getaran yang dihasilkan akibat pergerseran kerak bumi tersebut dapat besar maupun kecil. Besar kecilnya kerusakan di muka bumi disebabkan oleh besar kecilnya gempa (seisme)  tersebut.


A.  Penyebab Gempa Bumi

Umumnya gempa bumi disebabkan pelepasan energi yang dihasilkan tekanan oleh lempeng bumi yang bergerak. Semakin lama tekanan tersebut membesar dan mencapai keadaan dimana keadaan tersebut tidak dapat tertahan lagi oleh pinggiran lempeng. Saat itulah gempa bumi terjadi.

Gempa bumi seringnya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan. Gempa bumi juga dapat terjadi karena pergerakan magma dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu bisa menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Gempa bumi juga bisa terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam. Beberapa gempa juga dapat terjadi karena injeksi cairan dari/ke permukaan bumi. Gempa juga bisa disebabkan ledakan bahan peledak.

B. Penggolongan Gempa Bumi

Mengenali dan mengetahui berbagai sifat bencana yang ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali dalam rangka mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa, sulit sekali untuk dicegah dan ditentukan kapan dan dimana lokasinya, tetapi pencegahan jatuhnya korban dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah mengenali berbagai jenis gempa.


Jika kita mempertanyakan dari mama gempa itu berasal atau bagaimana gempa itu terjadi, maka kita dapat melihat pada tiga Sumber terjadinya gempa, yaitu karena pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung api, atau karena runtuhnya tambang atau lubang-lubang interior di dalam bumi.

Gempa karena lepasnya sejumlah energi pada saat pergerakan lempeng bumi disebut gempa Tektonik. Akibat aktivitas gunung api, maka disebut gempa Vulkanik, dan karena adanya runtuhan disebut gempa runtuhan.

C. Dampak Gempa Bumi

Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa gempa merupakan salah satu tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka bumi. Oleh karena itu, gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan bumi. Bentuk deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga endogen itu sendiri. Di permukaan bumi dampak gempa juga dipengaruhi oleh kekuatan gempa itu sendiri.

Kekuatan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banya bangunan yang hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak yang berjatuhan. Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.

Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu bencana yang harus diwaspadai karena dapat juga menyebabkan tsunami. Akan tetapi, tidak semua gempa menyebabkan tsunami.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan tsunami, antara lain gempa berkekuatan besar seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 (lebih besar 6 SR, pusat gempa berasal di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal, dsn adanya dislokasi kerak bumi bawah laut).

Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang ada di atasnya. Pada akhirnya menyebabkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai akan menjadi gelombang besar yang disebut tsunami. 

Demikianlah pembahasan mengenai "Penjelasan, Penyebab, Penggolongan dan Dampak Gempa Bumi (Seisme)", semoga dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Related Posts:

Penjelasan Pengendapan Sedimentasi Serta Bentuk-bentuknya

Sedimentasi adalah proses pengendapan material batuan secara gravitasi yang dapat terjadi di dataran, zona transisi (garis pantai) atau di dasar laut karena diangkut dengan media angin, air maupun es. Pada saat pengikisan batuan hasil pelapukan terjadi, materialnya terangkut oleh angin maupun air sehingga kekuatan dari pengangkut material batuan berkurang maka batuan akan diendapkan di daerah alirannya. Tidak hanya angin maupun air, gletser juga termasuk ke dalam media pengangkutannya. 

Walaupun pergerakan oleh glester sangat lambat, tetapi daya pengangkutnya sangat besar. Pengendapan yang terjadi di dasar laut atau di danau mengakibatkan dasar laut menjadi dangkal. Sedimentasi juga dapat menjelaskan secara terperinci peristiwa apa saja yang terjadi di suatu daerah dengan kronologinya. Sehingga banyak peneliti atau geologis yang mencari sejarah dengan membuat kronologi oleh sedimen. Juga sangat berguna untuk bagian perminyakan. Nah berikut ini bentang alam yang terbentuk dari proses sedimentasi.


1. Delta

Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut. Pada saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh gelombang laut, sehingga material yang dibawa oleh aliran sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta.

Delta yang berkembang luas dapat menyatu dengan daratan sehingga akan menambah luas daratan. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa bentuk delta yaitu Birdfoot, Lobate, Cuspate, Arcuate dan Estuarine.

2. Kipas Aluvial

Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung. Pada tempat ini terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke, sehingga energi pengangkut (air) melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan. Materi yang terendapkan merupakan aluvium halus. Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan sempit.

3. Tanggul Alam

Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dan air sungai meluap di kanan kiri sungai. Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.

4. Dataran Banjir

Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari material hasil pengendapan banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terebtuk dataran banjir.

5. Meander

Meander merupakan salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu Das, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tanah yang terbentuk pun menjadi kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah yaitu materi batuan yang tidak resistan.

Di bagian tengah aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Disinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.

6. Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)

Oxbow Lake ini dapat terbentuk akibat proses sedimen yang terjadi pada lekukan sisa sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini bila berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, maka akan mengakibatkan material sedimen akan memotong alur sungai sehingga alur sungai tersebut berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.

7. Tombolo dan Spit

Tombolo dan spit merupakan kenampakan alam hasil proses sedimentasi di pantai. Tombolo merupakan endapan material sedimen yang menghubungkan daratan dengan pulau kecil. Sedangkan spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung. Di indonesia kenampakan tombolo dan tanjung dapat dijumpai di pulau bali. Wilayah sempit Jimbaran merupakan tombolo yang menghubungkan pulau bali dengan pulau kecil di bagian selatan.

8. Gumuk Pasir

Gumuk pasir merupakan bentang alam hasil pengendapan oleh angin. Bentang alam ini dapat terbentuk di pantai maupun gurun. Terbentuk karena adanya akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat sehingga pasir terangkut dan kemudian terendapkan membentuk gumuk pasir. Bentang alam semacam ini dapat ditemukan ketika mengunjungi pantai Parangtritis di daerah Yogyakarta.

Related Posts:

Bentuk Muka Bumi Akibat Tenaga Eksogen (Pelapukan, Pengikisan, Pengendapan dan Pergerakan)

Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar perut bumi. Tenaga eksogen merupakan tenaga yang dapat merombak dan merubah bentuk muka bumi atau bentang lahan yang telah ada. Perombakan muka bumi akibat tenaga eksogen dapat disebabkan oleh pelapukan pengikisan, pengendapan dan pergerakan batuan atau tanah. Proses perombakan atau perubahan muka bumi ini, pengerjaannya dilakukan oleh air, udara dan es.

a. Pelapukan

Ketika lapisan bumi maupun batuan mengalami proses pengelupasan oleh tenaga eksogen, itulah yang disebut pelapukan. Proses ini mampu mengubah bentuk muka bumi. Pengelupasan ini terjadi karena beberapa faktor. Perbedaan faktor yang dominan dalam suatu pelapukan akan memberikan proses dan dampak yang berbeda. Oleh karenanya, pelapukan bisa dibedakan menjadi beberapa jenis.

1. Pelapukan Fisik/Mekanik

Pelapukan ini ditandai dengan adanya perubahan fisik batuan. Batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil dan masih membawa karakteristik asli batuan asalnya. Dalam keadaan alami, tiga faktor fisik bisa mendorong terjadinya pelapukan jenis ini.
  1. Pembekuan air di dalam batuan mampu merusak batuan. Air yang menyusup ke dalam batuan, mengalami pembekuan. Akibat tekanan air yang membeku, batuan tersebut pecah. Proses ini seperti yang terjadi ketika air laut menyusup dalam batu karang. Kristal garam yang terbentuk di dalam batuan mampu menghancurkan batuan.
  2. Ketika terjadi perbedaan temperatur yang mengakibatkan batuan mengembang pada suhu tinggi, dan mengerut saat suhu rendah. Apabila hal ini terjadi terus-menerus akan menyebabkan permukaan batuan retak kemudian pecah.
  3. Curah hujan yang tinggi disertai dengan intensitas sinar matahari yang tinggi secara bergantian, membuat batuan mengerut dan mengembang hingga akhirnya terlapuk.

2. Pelapukan Kimia

Pelapukan ini merupakan pelapukan dengan proses yang lebih kompleks karena disertai dengan penambahan maupun pengurangan unsur kimia pada batuan. Sehingga komposisinya tidak lagi seperti batuan asal. Peristiwa seperti pelarutan batuan oleh air, oksidasi dan hidrolisis mengakibatkan terjadinya pelapukan secara kimiawi. Bentuk kenampakan alam hasil pelapukan kimia  salah satunya terlihat jelas di wilayah karst. Gua, uvala, dolina dan aliran sungai bawah tanah misalnya, terjadi karena pelarutan tanah kapur melalui retakan-retakan (diaklas).

Retakan akan semakin membesar dan bisa membentuk gua atau lubang-lubang. Jika lubang-lubang saling berhubungan maka sungai bawah tanah bisa terbentuk. Kenampakan yang lain seperti adanya stalakmit, stalagtit, dan danau yang dikenal dengan dolina. Nah, temukanlah kenampakan alam lainnya di kawasan karst yang terbentuk karena pelapukan kimia.

3. Pelapukan Biologis/Organik

Pelapukan ini terjadi dengan bantuan tumbuhan, hewan dan manusia. Pelapukan biologis bisa dikatakan lanjutan dari kedua proses pelapukan sebelumnya. Jika lanjutan dari pelapukan fisik, maka disebut biofisik. Apabila kelanjutan dari pelapukan kimia, maka disebut pelapukan biokimia.

b. Pengikisan

Salah satu proses pengubahan muka bumi secara alami adalah melalui pengikisan. Pada proses ini massa tanah atau batuan diuraikan dan dipindahkan. Apa sajakah kemampuan alam yang diukir oleh proses ini? Mari kita cermati satu per satu.

1. Akibat Pengikisan oleh Air Sungai

Air yang mengalir selalu ada kontak dengan media yang dialirinya. Bentuk kontak yang dihasilkan sangat tergantung pada kekuatan air dan kekuatan media yang dilaluinya. Air mengalir dengan tenang hanya akan menimbulkan tingkat pengikisan yang rendah. Di saat air sungai mengalir maka akan ada kontak dengan tebing dan pinggir sungai. Keduanya akan menghasilkan dua tipe pengikisan yang berbeda.

Gesekan dengan tebing sungai akan menimbulkan erosi horizontal. Sebaliknya, gesekan dengan dasar sungai mengakibatkan erosi vertikal. Coba temukan dimana kedua tipe erosi tersebut berlangsung. Lebih lanjut pengikisan oleh air sungai ini akan menghasilkan beberapa kenampakan sebagai berikut.

a. Lembah

Kenampakan alam ini terbentuk dari erosi dasar sungai (erosi vertikal). Dalam waktu yang lama, erosi vertikal akan menggerus dasar sungai hingga makin dalam. Akibatnya, terbentuk lebah dengan berbagai bentuk. Lembah denga lereng curam menyerupai huruf V mengindikasikan tenaga pengikisannya adalah airan air yang deras. Bentang alam seperti ini banyak sekali terdapat di hulu sungai.

b. Jurang

Proses terbentuknya jurang pada dasarnya mirip dengan terbentuknya lembah. Hanya saja pada lembah materi tebing sungai kurang resisten dibandingkan pada jurang. Tingkat resistensi tebing sungai pada jurang yang lebih, mengakibatkan sulit terkikis. Akibatnya akan terbentuk dinding sungai yang vertikal dan dasar sungai yang dalam.

c. Potholes

Potholes adalah lubang-lubang di dasar sungai. Potholes mempunyai berbagai ukuran diameter. Kenampakan ini dibentuk oleh sejenis pusaran di dasar sungai yang di dalamnya terkandung batu-batu kerikil. Lama kelamaan potholes akan bertambah lebar dan menyatu dengan potholes lainnya, hingga dasar sungai bisa menjadi dalam.

d. Aliran Deras (Rapid)

Pada suatu aliran sungai bisa saja terdapat perbedaan material dasar sungai. Selang-seling antara jenis batua yang resisten dan tidak resisten menimbulkan kenampakan aliran deras. Ketika air melewati batuan yang resisten, tingkat pengikisannya akan rendah, akibatnya dasar sungai tidak rata. Saat air melintas batuan yang tidak resisten akan terjadi turbulensi hingga terbentuk menyerupai air terjun yang pendek.

e. Air Terjun

Proses terjadinya air terjun hampir sama dengan terjadinya aliran deras. Air terjun terbentuk ketika aliran air jatuh dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai hingga terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena adanya patahan yang diatasnya terdapat aliran sungai.

f. Gorges

Gorges berasal dari bahasa Prancis yang berarti leher atau kerongkongan. Gorges dibentuk ketika terjadi erosi vertikal secara terus-menerus pada batuan sungai yang bersifat resistan. Saat erosi tidak aktif lagi, sisi dari lembah tinggal lereng curam.

g. Kanyon

Kanyon merupakan lembah yang luas sebagai akibat proses pengikisan oleh air dalam waktu yang sangat lama. Bentuk kanyon ini sangat jelas terlihat pada aliran sungai Colorado Amerika Serikat yang terkenal dengan nama Grand Canyon.

2. Akibat Pengikisan oleh Tenaga Gelombang (Abrasi)

Erosi berdampak juga pada perubahan muka bumi. Abrasi (erosi di pantai) akan mengikis daerah sekitar pantai. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di pulau Biak mencapai 75 meter dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di Biak Numtor.

Bentukan yang dihasilkan oleh tenaga gelombang antara lain dapat anda cermati sebagai berikut.

a) Tebing terjal (Cliff) dan Raatan Bentuk Gelombang (Wave Cut Platform) Cliff merupakan kenampakan alam hasil proses abrasi di daerah pantai berbatu dan terjal. Hantaman gelombang laut yang kuat mampu mengikis batuan tebing hingga terbentuk notch (taktik/cekungan di bagian bawah tebing). 

Pengikisan air laut secara terus-menerus menyebabkan notch semakin besar dan menjorok ke dalam membentuk gua. Semakin lama, gua tidak mampu menahan dinding bagian atas dan akhirnya membentuk dinding terjal (cliff). Jika cliff ini terbentuk terus-menerus mundur ke dalam, sedangkan batuan tebing bagian bawah kuat, maka akan terbentuk rataan bentukan gelombang (wave cut platform).

b) Jembatan Alam (Natural Bridge) kenampakan alam ini terbentuk di daerah pantai berbatu yang terjal pada bagian tanjung. Proses pembentukannya diawali dari abrasi laut yang berlangsung terus-menerus hingga membentuk gua. Jika pada sisi tebing yang lain juga terbentuk gua, maka kedua gua ini semakin lama akan bertemu dan pada akhirnya membentuk lubang dengan bagian atas seperti jembatan. Di indonesia, contoh jembatan alam ini dapat dijumpai di daerah Karang Bolong dan pantai Selatan Jawa.

3. Akibat Pengikisan oleh Tenaga Angin

Anda telah mengetahui bagaimana tenaga air dan gelombang mampu mengubah wajah bumi. Ternyata selain dengan kedua tenaga tersebut, masih terdapat tenaga angin yang juga mampu mengikis permukaan bumi. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses itu dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai di atas 80०C sehingga batuan itu memuai.

Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk butiran-butiran pasir halus. Lama-lama pasir ini menumpuk menjadi bukit pasir yang luas. Bantuan cendawan merupakan kenampakan alam yang terbentuk di daerah gurun atau daerah beriklim kering akibat pengikisan oleh angin. Material pasir yang terbawa oleh angin juga berperan sebagai tenaga pengikisan batuan. Contoh: Tanah Loss di Gurun Gobi (China Utara) yang memiliki ketebalan 600 meter.

c. Pengendapan

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau glester ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
Pengendapan oleh air sungai batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.
  • Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terebntuk karena adanya pengendapan proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya lambat, sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi  pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang alirannya cepat, akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
  • Oxbow lake. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai hati.
  • Delta. Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah semakin lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta. Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas dan Brantas.
  • Tanggul alam. Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibanya tepi sungai lebi tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut . Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam.
  • Pengendapan oleh air laut. Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo dan penghalang pantai pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah , maka arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dala, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit akan terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
  • Pengendapan oleh angin. Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
  • Pengendapan oleh glester, sedimen hasil pengendapan oleh glester disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh glester adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh glester yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula terbentuk V menjadi berbentuk U.

d. Pergerakan

Masswasting atau massmovement adalah proses perpindahan massa batuan dan atau tanah dala volume yang besar karena pengaruh gravitasi. Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
  1. Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali perpohonan yang tumbuh membengkok atau tiang listrik yang berdiri miring.
  2. Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat karena dibantuk oleh aliran air dalam tanah yang telah jenuh.
  3. Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat. Landslide terdiri atas: (1) Rockslide, yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan. (2) Rock fall, yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blok-blok batuan. (3) Slump, yaitu peristiwa longsoran tanah yang digerakkannya terputus.
Demikianlah pembahasan mengenai "Bentuk Muka Bumi Akibat Tenaga Eksogen (Pelapukan, Pengikisan, Pengendapan dan Pergerakan)", semoga dengan adanya artike ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi anda.

Related Posts:

Proses dan faktor Pembentukannya Tanah

Pedosfer merupakan kulit terluar litosfer yang terdiri atas tanah dan batuan induk pembentukan tanah. Tanah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Ada tanah yang cocok digunakan untuk pertanian, ada pula yang tidak mendukung pertanian. Berbagai macam pemanfaatan tersebut sangat tergantung pada ciri dan sifat tanah. Sifat dan ciri tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor dan proses pembentukan tanah.

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagian bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.


Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pembentukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakan itu? Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim.

Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

T = f (i,o,b,t,w)
 Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu

Faktor Pembentukannya Tanah Antara Lain:

 1. batuan Induk

Bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah disebut batuan induk. Pada umumnya tanah berasal dari batuan dan sisa-sisa bahan organik. Daun dan ranting yang gugur dan sisa tanaman yang mati membentuk bahan organik. Adanya bahan organik memberikan medium kehidupan bagi jasad hidup tanah. Kegiatan jasad hidup tanah menghancurkan dan menguraikan bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik dan anorganik yang dapat melapukkan batuan.

2. Iklim

unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanaha akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah mejadi asam (pH tanah menjadi rendah).

3. Organisme

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
  1. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
  2. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/ mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
  3. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
  4. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi dari pada tanah di bawah pohon jati.
4. Topografi/Relief

 Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
  1. tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya ebal karena terjadi sedimentasi.
  2. Sistem Drainase/Pengaliran, daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang erus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.

Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol dan grumusol.

Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tau (laterit).

Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000-10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula.

Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentuk tanah. Kepulauan indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di indonesia juga berbeda-beda.

Susunan Tanah Beserta Jenis-jenisnya

Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri atas, lapisan tengah, lapisan tanah bawah dan bahan induk tanah.
  • Lapisan Atas, merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Tanah ini berwarna lebih hitam dibandingkan jenis tanah yang lain.
  • Lapisan Tengah, Terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat. Tanah pada lapisan ini kurang subur dan mempunyai warna lebih terang.
  • Lapisan Bawah, merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna. Lapisan ini disebut lapisan tanah asli karena tidak tercampur dengan hasil pelapukan dari batuan lain. Biasanya lapisan tanah ini warnanya sama dengan warna batuan asalnya.
  • Lapisan Batuan Induk, Berupa bebatuan yang padat. Humus berasal dari pembusukan hewan atau tumbuhan yang telah mati. Proses pembusukan ini dibantu oleh hewan-hewan yang hidup di tanah, misalnya cacing tanah. Cacing tanah ini memakan sampah-sampah yang ada di permukaan tanah. Pembusukan itu menghasilkan bahan-bahan organik. Sampah-sampah yang tidak dimakan oleh hewan-hewan ini, akan diuraikan oleh jamur.
Menurut butiran-butiran penysunnya, tanah terdiri atas batu, kerikil, pasir, lumpur, tanah liat serta debu. batu kerikil merupakan penyusun tanah yang terbesar ukurannya. Butiran pasir berukuran lebih kecil dari pada kerikil. Batuan lumpur lebih kecil dari pada pasir dan bercampur dengan air. Butiran tanah liat lebih kecil dari pada butiran lumpur. Butiran yang paling kecil adalah debu. Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh angin.

Tanah yang mengandung banyak debu atau butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air. Sebaliknya, tanah yang mengandung banyak pasir mudah dilalui oleh air. Jenis tanah juga dapat berbeda di setiap tempat. Hal ini tergantung pada jenis batuan yang mengalami pelapukan di tempat itu. Jenis tanah dapat dibedakan menjadi tanah behumus, tanah berpasir, tanah liat dan tanah berkapur.
  • Tanah Humus, tanah berhumus merupakan tanah yang paling subur.
  • Tanah Berpasir, mudah dilalui oleh air dan mengandung sedikit bahan organik. Pada umumnya tanah berpasir tidak begitu subur. Namun, ada tanah berpasir yang subur , misalnya tanah berpasir di sekitar gunung berapi atau sering disebut tanah vulkanik. Hal ini karen adanya abu vulkanik yang mengandung banyak unsur hara.
  • Tanah Liat, Tanah ini sangat lengket dan mudah dibentuk ketika basah.
  • Tanah Berkapur, Tanah ini mengandung bebatuan, tanah jenis ini sangat mudah untuk dilalui air dan mengandung sedikit sekali humus. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan tanah mempunyai manfaat yang berbeda pula.
Tidak hanya proses dan faktor pembentukan tanah yang penting untuk diketahui, tapi jenis-jenisnya pun penting juga untuk diketahui terutama jika anda ingin berkebun. Jenis tanah menentukan tingkat penyerapai air, kandungan mineral tanah, dan kemampuan akar tumbuhan menembus tanah. 

Demikianlah pembahasan mengenai "Proses dan Faktor Pembentukannya Tanah", semoga dengan adanya artikel tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Related Posts: