Tradisi Lisan di Dalam Masyarakat

Tradisi lisan adalah cerita lisan tentang suatu tempat atau tokoh yang dibuat teks kisahan dalam berbagai bentuk, seperti syair, prosa, lirik, syair bebas, dan nyanyian.

1. Macam-macam Tradisi Lisan Dalam Masyarakat

Macam-macam tradisi lisan yang terdapat dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.
  1. Cerita tentang terjadinya suatu tempat yang berbentuk syair bebas dan ditampilkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi.
  2. Cerita rakyat mengenai seorang tokoh di suatu daerah, baik tokoh yang bersifat baik dan berjasa bagi daerahnya maupun tokoh yang bersifat buruk, jahat dan merugikan orang lain.
  3. Cerita rakyat tentang misteri atau ke ghaiban di suatu tempat, misalnya makam seorang tokoh, goa, batu besar, dan sebagainya.

2. Contoh Tradisi Lisan dalam Masyarakat

a. Asal Usul Gunung Tangkuban Parahu (Cerita Rakyat dari Jawa Barat)


Di Jawa Barat tepatnya di kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut adalah singkat ceritanya.

Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seoranh ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sampah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayanh Sumbi harus menikahi anjing tersebut.

Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuriang selalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkurianh tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.

Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. Dayang Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya. Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tanpa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat marah, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya. Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.

Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang , akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berfikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberikan sesuatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekejaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.

Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebiu cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada di sana dalam keadaan terbalik dan membentuk gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

b. Malin Kundang (Cerita Rakyat dari Sumatra Barat)

Menceritakan seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya bernama Malin Kundang. Mereka hidup miskin. Setelah Malin Kundang menginjak dewasa, ia merantau untuk bekerja agar kehidupannya lebih baik. Ibunya selalu mendoakan agar anaknya selalu sehat, selamat, dan mudah mencari rezeki.

Bertahun-tahun Malin Kundang tidak pulang ke rumah menemui ibunya, ternyata ia telah menikah dengan putri seorang bangsawan yang kaya raya. Pada suatu hari Malin Kundang dengan istrinya naik kapal yang sangat bagus, kemudian mendarat di pantai dekat rumah ibunya.

Mengetahui anaknya datang ibunya sangat senang, segera memeluk erat Malin Kundang anaknya. Namun ternyata Malin Kundang tidak mengakui bahwa itu ibu kandungnya. Apalagi istrinya, berulang kali meludah di dekat ibunya dan menghina. Malin Kundang menendang ibunya sampai jatuh dan pingsan, kemudian ia naik kapal dsn berlayar lagi.

Setelag ibu Malin Kundang sadar dari pingsannya, ia berdoa apabila suami istri yang bersikap kasar tadi benar anak dan menantunya, agar mendapat balasan atas perlakuannya.

Tidak lama kemudian, cuaca yang sebelumnya cerah, berubah menjadi gelap gulita, hujan turun dengan lebat, petir menggelegar, dan ombak lautan sangat besar. Kapal yang ditumpangi Malin Kundang dan istrinya oleng dan hancur, kemudian tenggelam. Malin Kundang dan istrinya meninggal seketika. Menurut cerita, pecahan kapal dan Malin Kundang berubah menjadi batu.

3. Keberadaan dan Perkembangan Tradisi Lisan dalam Masyarakat

Beberapa puluh tahun yang lalu eksistensi tradisi ekspresi terutama dongeng rakyat, mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat, terlebih lagi masyarakat pedesaan.

Peranan tradisi ekspresi pada masa lampau yaitu sebagai hiburan dan pengetahuan. Banyak orang renta yang menceritakan/mendongengkan kepada anaknya dongeng apa saja yang mereka ketahui. Mendongeng sering dilakukan pada ketika akan tidur malam atau pada ketika luang di siang hari.

Anak-anak sangat senang dan terkesan dengan dongeng/cerita yang mereka dapatkan dari orang renta maupun guru atau tokoh masyarakat. Setelah mereka dewasa, banyak dongeng/cerita yang mereka ketahui itu disampaikan kepada anak-anaknya, sehingga dongeng rakyat di suatu tempat tetap diketahui.

Namun sekarang alasannya ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak mengalami perubahan ke arah kemajuan, peranan dongeng rakyat/tradisi ekspresi makin surut.

Perkembangan teknologi menjadikan di sekitar kita banyak benda atau kemudahan yang bisa menghibur dan menunjukkan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: televisi, tape, VCD, DVD, handphone, internet, surat kabar, majalah, dan masih banyak lagi. Anak-anak indonesia sekarang lebih mengenal cerita: Doraemon, Sponge Bob, Winnie Tho Pooh (yang merupakan film impor), dari pada dongeng Malin Kundang dan Sangkuriang.

Melihat keadaan yang menyerupai itu, kita harus peduli agar tradisi ekspresi yang terdapat di banyak sekali kawasan dapat tetap lestari. Upaya pelestarian tradisi lisan, antara lain melalui pengajaran di sekolah-sekolah, penayangan tradisi ekspresi melalui televisi, dan penulisan dongeng rakyat dalam bentuk buku yang diberi gambar berwarna agar lebih menarik membacanya.

Dalam perkembangannya, tradisi ekspresi mencangkup banyak sekali jenis teater yang memanfaatkan seni kata sebagai bab penting dalam pementasannya. Jenis teater itu terdapat di banyak sekali kawasan Indonesia, misalnya didong (Aceh), randai (di Minang), lenong (di Betawi), ludruk (di Jawa), patu (di Bima), tanggomo (di Gorontalo), dan Mendu (di Melayu).

Di kurun globalisasi, dengan majunya sarana berita ternyata bisa mengembangkan tradisi ekspresi dari banyak sekali daerah. Misalnya: Wayang dan Lenong.

Demikianlah pembahasan mengenai "Tradisi Lisan di Dalam Masyarakat", semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat untuk anda.

Related Posts:

0 Response to "Tradisi Lisan di Dalam Masyarakat"

Post a Comment